Synthetic Aperture Radar (SAR) adalah bentuk radar yang digunakan untuk membuat gambar dua dimensi atau rekonstruksi objek tiga dimensi, seperti lanskap. SAR menggunakan gerakan antena radar di atas wilayah target untuk memberikan resolusi spasial yang lebih baik daripada radar pemindai berkas konvensional. SAR biasanya dipasang pada platform yang bergerak, seperti pesawat terbang, uav drone atau pesawat ruang angkasa, dan memiliki asal-usul dalam bentuk radar udara tampak samping / side looking airborne radar (SLAR) yang canggih. Jarak tempuh perangkat SAR di atas target dalam waktu yang dibutuhkan sinyal radar untuk kembali ke antena menciptakan bukaan antena sintetis yang besar (ukuran antena). Biasanya, semakin besar aperture, semakin tinggi resolusi gambar, terlepas dari apakah aperture itu fisik (antena besar) atau sintetis (antena bergerak)- ini memungkinkan SAR untuk membuat gambar resolusi tinggi dengan antena fisik yang relatif kecil. Selain itu, SAR memiliki sifat memiliki apertur yang lebih besar untuk objek yang lebih jauh, memungkinkan resolusi spasial yang konsisten pada rentang jarak pandang.
Untuk membuat citra SAR, pulsa gelombang radio yang berurutan ditransmisikan untuk “menerangi” pemandangan target, dan gema setiap denyut diterima dan direkam. Pulsa tersebut ditransmisikan dan gema diterima menggunakan antena pembentuk berkas tunggal, dengan panjang gelombang satu meter hingga beberapa milimeter. Saat perangkat SAR di dalam pesawat atau pesawat ruang angkasa bergerak, lokasi antena relatif terhadap target berubah seiring waktu. Pemrosesan sinyal dari pantulan radar yang direkam secara berurutan memungkinkan penggabungan rekaman dari berbagai posisi antena ini. Proses ini membentuk bukaan antena sintetis dan memungkinkan pembuatan gambar dengan resolusi lebih tinggi daripada yang mungkin dilakukan dengan antena fisik tertentu
SAR adalah teknologi penginderaan jauh sistem aktif yang mampu melakukan perekaman baik pada siang atau malam hari di segala cuaca. Teknologi SAR dengan sendirinya bebas dari gangguan cuaca berupa awan dan hujan, sehingga cocok digunakan di daerah tropis seperti Indonesia yang cenderung berawan. Di samping itu, SAR juga mempunyai informasi fase gelombang yang dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan lahan di permukaan bumi. Kemampuan ini sangat baik digunakan untuk aplikasi kebencanaan, misalnya deteksi pergerakan lahan akibat gempa bumi, tanah ambles, dan tanah longsor.